50 Tanya Jawab Sehubungan Dengan Alkitab Dan Iman Kristiani


Siapakah Yesus Kristus?  << Jawabannya pencet link tsb...demikian yg lain dibwh.
https://pilarimanyahoonta.blogspot.com/2019/12/50-tanya-jawab-sehubungan-dengan.html
Benarkah Yesus itu Allah? Pernahkah Yesus mengklaim diriNya sebagai Allah?

Apakah Allah itu ada? Apakah ada bukti tentang keberadaan Allah?

Apakah Tuhan betul-betul ada? Bagaimana saya tahu bahwa Tuhan itu betul-betul ada?

Apakah kekristenan itu, dan apa yang dipercaya oleh orang Kristen?

Apa sajakah atribut-atribut Allah itu? Siapakah sesungguhnya Allah itu?

Apakah Alkitab adalah benar-benar Firman Tuhan?

Apa arti hidup?

Apakah keilahian Kristus bersifat Alkitabiah?

Apakah orang-orang Kristen harus menaati hukum dan peraturan Perjanjian Lama?

Apakah keselamatan hanya oleh iman, atau iman ditambah perbuatan?

Siapakah Roh Kudus itu?

Bagaimana saya dapat mengetahui kehendak Allah bagi hidup saya?

Bagaimana saya dapat terhindar dari dosa dalam hidup kekristenan saya?

Mengapa saya tidak boleh bunuh diri?

Dalam masyarakat, jika saya memilih menjadi orang Kristen, keluarga akan membuang saya. Saya juga akan dianiaya. Apa yang harus saya lakukan?


Adakah kehidupan kekal?

Saya seorang Muslim. Mengapa saya harus mempertimbangkan menjadi seorang Kristen?

Bagaimana saya menerima pengampunan dari Tuhan?

Siapa itu orang Kristen?

Apa artinya menjadi orang Kristen yang lahir kembali?

Apa empat hukum rohani itu?

Bagaimana saya bisa terlihat benar di hadapan Allah?

Apakah Yesus satu-satunya jalan ke Surga?

Bagaimana saya dapat mengetahui dengan pasti bahwa saya dapat masuk Surga ketika meninggal?

Adalah kehidupan setelah kematian?

Apa artinya menerima Yesus sebagai Juruselamat secara pribadi?

Apa jalan keselamatan?

Apa agama yang tepat bagi saya?

Apa itu “Jalan Roma Menuju Keselamatan”?

Apa itu “doa orang berdosa”?

Bagaimana saya dapat menjadi seorang Kristen?

Adakah “doa untuk keselamatan”?

Bagaimana saya bertobat sebagai orang Kristen?

Bagaimana saya dapat menjadi anak Allah?

Adakah “langkah-langkah menuju keselamatan”?

Manakah yang merupakan agama sejati?

Bagaimana supaya saya tidak masuk neraka?

Masuk ke surga – Bagaimana saya memastikan jaminan atas kehidupan kekal saya?

Apa artinya” Yesus menyelamatkan”?

Kemanakah kita pergi ketika kita meninggal?

Apakah rencana keselamatan itu?

Siapa saja yang dapat diselamatkan? Apakah Yesus dapat menyelamatkan siapapun juga?

Saya baru saja percaya kepada Yesus … bagaimana selanjutnya?

===

APOLOGETIK

Apa itu Apologetik?

Istilah yang digunakan mengenai usaha pembelaan iman Katolik adalah Apologetik. Apologetic merupakan suatu cara untuk untuk memahami, menjelaskan dan mempertahankan iman Katolik dengan memberikan jawaban-jawaban atau argumen-argumen dengan cara yang rasional terhadap berbagai tuduhan yang diarahkan mengenai iman Katolik. Orang yang melakukan kegiatan apologetik disebut apologist.
Ini adalah cara umat Katolik membela iman [berapologetik] menurut Kitab Suci :1Ptr 3:15-16
15. Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, 16. dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.
Kristus memberikan tugas kepada semua muridnya untuk mewartakan kabar gembira. [bdk. Mat 28:19-20] Nah, apologetik membantu kita dalam melaksanakan tugas ini. Apologetik juga memainkan peran yang cukup penting dalam Evangelisasi. Evangelisasi berarti mewartakan kebenaran Kristus.
Seringkali kebenaran akan Kristus menimbulkan banyak pertanyaan dan juga keberatan mengenai iman. Disinilah tugas para apologist untuk berapology dengan menjawab berbagai pertanyaan dan keberatan tersebut.
Berikut link-link yang bisa dituju untuk pembelajaran apologetik









KONSILI VATIKAN KE II

Karikatur Sadar Liturgi ini adalah karya romo F.X. Agis Triatmo O.Carm.
masing-masing content link berisi 8 sampai 10 karikatur
6
Karikatur Sadar Liturgi (silahkan klik untuk melihat)
12345678910
11121314151617181920
21222324252627282930
31323334353637383940
41424344454647484950

Mengapa Yesus Harus Mati? – Ev. Andree Kho

        Di dalam semua agama, ada hal-hal tertentu yang sampai batas tertentu kelihatannya sama. Misalnya: Semua agama mengajarkan, supaya manusia berbuat baik. Semua agama mengakui bahwa meskipun manusia diharapkan berbuat baik, tetapi manusia juga penuh kelemahan dan keterbatasan, sehingga usaha terbatas seringkali gagal, bahkan tidak ada seorang manusia yang luput dari dosa. Dan semua agama juga setuju ada jalan keluar untuk menyelesaikan masalah dosa ini. Sampai di sini, semua agama kelihatannya memiliki pandangan yang sama, tetapi maju satu langkah lagi dari titik ini, semuanya menjadi berbeda.


        Agama yang satu mengajarkan bahwa menyelesaikan dosa, seseorang harus mengimbanginya dengan perbuatan baik, melakukan banyak amal kepada orang lain. Yang satunya mengatakan bahwa untuk menyelesaikan dosa, seseorang harus mematikan sifat-sifat atau kecenderungan dosa yang ada di dalam hati dan pikirannya, dia harus banyak-banyak merenung, bermeditasi mengosongkan hati dan pikirannya dari nafsu yang jahat. Dengan banyak latihan, dia akan mampu mengendalikan sekaligus membersihkan dirinya dari dosa. Yang lainnya mengajarkan bahwa untuk membersihkan diri dari dosa, orang harus berpuasa penih dalam bulan penyucian tertentu, membaca ayat, sembahyang, mendekatkan diri kepada Tuhan dan memberi sedekah kepada kaum miskin. Ada agama yang mengajarkan bahwa karena orang berdosa, dia harus membayarnya dengan penderitaan. Lebih baik menderita di dalam hidup ini daripada menderita siksaan di akherat nanti. Ini dari semuanya itu adalah: engkau sendiri harus berjuang melakukan sesuatu untuk membereskan dosamu.











        Di sini terjadi perbedaan tajam dengan ajaran kekristenan. Kekristenan mengajarkan bahwa orang tidak perlu melakukan hal itu, karena dia memang tidak bisa melakukan itu. Orang berdosa tidak mungkin melakukan apa saja yang cukup untuk membersihkan noda dosa yang ada pada dirinya, dan dia tidak bisa melakukan apapaun untuk menghindar dari akibat yang ditimbulkan dosa atas dirinya. Kebenaran ini seringkali menjadi hambatan besar di dalam dialog dengan orang yang berkerpercayaan lain, bahkan tidak jarang menimbulkan kebingungan pada diri orang Kristen itu sendiri.
        Sebagai orang Kristen, kita katakan bahwa kita semua telah berdosa kepada Tuhan. Secara umum, semua orang setuju bahwa kita telah berdosa terhadap Allah. Ketika kita ajak dia untuk menyelesaikan dosa, dia katakan: Baik, saya mau. Tapi ketika kita ajak dia bertobat mengaku dosa di bawah salib Kristus, dia menolak. Dia bertanya: Mengapa saya harus melakukan itu? Saya tahu saya berdosa kepada Tuhan, saya setuju saya harus mengaku dosa dan bertobat, dan saya akan lakukan itu. Saya akan datang kepada Allah mengaku dosa saya. Menurut Saudara apakah Allah tidak akan mengampuni saya?
        Banyak orang Kristen mengalami kesulitan, ketika dialog berkembang sampai tahap itu. Kalau orang Kristen menjawab: Ya, Allah akan mengampuni. Maka dia akan mengatakan: Lalu kenapa saya harus percaya Yesus? Sebaliknya kalau dikatakan: Tidak. Dia akan keheranan tidak mengerti, mengapa? Saya mengakui saya orang berdosa dan harus bertobat. Mengapa lalu orang lain yang harus menanggung kesalahan saya, mati buat saya dan lalu saya hanya perlu percaya saja kepada Dia dan diampuni begitu saja? Ajaran Kristen supaya orang berdosa datang kepada Kristus mengaku dosa, dianggap sebagai ajaran yang didramatisir secara berlebihan. Dan banyak orang Kristen yang tidak memiliki pengertian yang cukup akan Kebenaran Agung ini, kemudian menjadi bingung tidak bisa menjawab.
        Kebingungan ini berkaitan dengan satu pertanyaan teologis yang sangat serius: Bisakah Allah mengampuni begitu saja orang berdosa yang datang bertobat mengaku dosa kepada-Nya? Jawabannya adalah: Tidak bisa! Alasannya adalah karena Allah tidak bisa menarik kembali sanksi hukuman yang telah Dia proklamirkan. Di Taman Eden, suatu kalimat sanksi ilahi telah disampaikan yaitu bahwa pada hari engkau makan buah itu, engkau pasti mati (Kej. 2:17). Kalimat ini tidak bisa ditarik kembali. Kalau kalimat ini tidak dijalankan, maka Dia menjadi Allah yang tidak bisa dipercaya lagi dan hukuman-Nya tidak bisa lagi dipegang, termasuk janji pengampunan dosa yang Dia berikan, tidak lagi bisa diyakini. Kalau Allah tidak konsisten dengan ucapan-Nya, maka hari ini kita tidak punya jaminan apapun, termasuk pengampunan dosa. Dia sudah mengampuni dosa kita kemarin, tetapi besok karena suatu alasan Tuhan membatalkannya lagi. Hari ini kita selamat, tetapi minggu depan keselamatan itu dibatalkan lagi. Yang seperti itu bukan Allah! Allah tidak bisa berdusta dengan cara seperti itu! Itu sebabnya tidak ada cara lain, tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah dosa manusia, kecuali: sanksi ilahi tetap dijalankan, dan ada pihak yang dihukum.
        Hukuman harus jalan, yang berdosa harus dihukum! Ini menjadikan permasalahan semakin sulit, siapa yang sanggup menerima hukuman itu dan sekaligus mengatasinya? Hukuman itu sendiri adalah Maut, kematian. Kematian dalam aspek rohani berarti terputus, terpisah dan terbuang dari Allah, sumber kehidupan, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekatan-Nya, selama-lamanya (2Tes. 1:9). Dengan sanksi seberat itu, siapa berani berdiri di hadapan Tuhan dan berkata: “Saya orang berdosa, sekarang biar saya tanggung sendiri resiko hukumannya.” Melakukan itu berarti meminta neraka, dan kita tidak mau neraka. Dan untuk memungkinkan orang berdosa luput dari neraka, hanya ada satu cara.
        Dia harus ditikam karena pemberontakan kita, Dia harus diremukkan oleh karena kejahatan kita; supaya ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan supaya oleh luka yang diderita-Nya, kita boleh disembuhkan dan penyakit dosa yang mengancam kematian nyawa kita secara kekal; supaya kita domba-domba yang telah sesat itu bisa dipanggil pulang kembali. (Yes. 53:1-6).
        Kita tidak mungkin bisa menanggung hukuman itu. Yang sungguh-sungguh menakutkan bagi kehidupan manusia justru adalah bahwa dia sama sekali tidak berdaya untuk lari dari hukuman. Secara yuridis, dia seperti seorang terhukum yang sudah divonis oleh pengadilan berdasarkan hukum yang berlaku, tinggal tunggu pelaksanaannya saja. Tidak ada seorangpun yang bisa menolong dia, apa lagi dirinya sendiri. Tidak ada orang yang bisa mengatakan: “Biarlah saya mati menanggung dosamu supaya engkau tidak dihukum.” Orang lain tidak bisa melakukan itu, karena dia sendiri sama-sama ada di bawah ancaman hukuman, dan diapun tidak akan bisa mengatasi akibat hukuman itu. Dia bukan sekadar membayar hutang orang lain dalam jumlah tertentu, dia sedang berurusan dengan nyawa di dalam kekekalan.
        Tidak ada orang yang bisa menghindari dirinya dari hukuman atas dosa, kecuali: ada orang lain yang tidak bersalah, tidak berdosa, yang bersedia menggantikan orang berdosa menerima hukuman itu, dan sekaligus mampu mengalahkan akibat dari hukuman itu. Untuk itu, tidak ada orang yang bisa melakukan, kecuali Anak Allah sendiri; Anak Allah sendiri: Yesus Kristus. Nabi tidak bisa mengambil posisi itu, orang sesaleh apapun tidak bisa, sebab mereka semua sama berdosanya dengan orang lain.
        Yesus Kristus, Anak Allah, Dia tidak berdosa. Orang boleh tidak suka kepada-Nya, orang boleh memfitnah Dia dengan apa saja, bahkan orang boleh membunuh-Nya dan mereka telah lakukan hal itu. Tetapi tidak pernah ada orang yang bisa menunjukkan satu kesalahan saja yang Dia lakukan, tidak ada! Bahkan musuh-musuh-Nya pun tidak bisa menunjukkan itu. Yesus, Anak Allah, tidak pernah dibuktikan bersalah. Bukan hanya itu saja, Dia juga satu-satunya yang sanggup mengatasi akibat hukuman itu. Dia mengalami maut seketika itu saja, tetapi kemudian Dia mengalahkan kuasa maut itu, Dia mematahkan sengat maut itu.
        Banyak orang berusaha dengan kemampuan akalnya, dengan kemampuan akademisnya, untuk membuktikan bahwa “Yesus bukan Anak Allah”. Tetapi sejauh ini kita hanya tahu bahwa; kalau Dia bukan Anak Allah, Dia pasti tidak bisa mengatasi hukuman atas dosa. Maka jadilah kekristenan suatu omong kosong paling besar di dalam sejarah kehidupan manusia. Kalau Yesus bukan Anak Allah, maka kekristenan adalah agama yang paling rendah, yang tidak ada bedanya dengan bualan tukang obat di pinggir jalan.
        Kita bukan orang yang sedang nonton atraksi jual obat di pinggir jalan. Kita adalah orang-orang yang berbahagia, karena telah mengalami jasa kematian Anak Allah di bukit itu. Dan kita seharusnya menjadi anak-anak-Nya yang selalu ingat dan bersyukur atas apa yang telah Dia lakukan bagi kita. Bukan hanya bersyukur di bibir saja, tetapi juga hidup sesuai dengan status tersebut, dan dengan serius menjaga kemuliaan hidup kita sebagai anak-anak Allah yang mulia.
        Kebenaran Alkitab, sering disalah mengerti oleh orang-orang yang memang tidak mengerti, bahkan Tuhan Yesus sendiri direndahkan, tidak dipandang, tidak diperhitungkan oleh orang-orang sezaman-Nya. Bahkan ketika Dia sudah disalib, orang masih mengolok-olok, menantang Dia: “Kalau Engkau Anak Allah, turun dari salib kayu itu maka kami akan percaya. Engkau mengatakan Engkau adalah Anak Allah, lalu mengapa Engkau tidak berdaya menyelamatkan diri-Mu sendiri? Mengapa Engkau harus mati konyol seperti itu? Turun dari kayu itu, buktikan diri-Mu bahwa Engkau adalah Anak Allah. Turunlah dari kayu itu.”
        Orang mengejek Dia, mengira Dia justru yang kena tulah. Rupanya begitu kasihan; tubuh yang dipecah-pecah kena cambuk, darah mengalir dari pelipis-Nya, karena duri dari mahkota itu tertancap di sana ketika dipasang secara paksa, luka paku pada tangan dan kaki-Nya yang semakin lama semakin besar tertarik berat badan-Nya sendiri. Mengapa Engkau harus menderita semua itu? Mengapa Engkau harus mati di atas salib itu? Mengapa Engkau tidak turun dari situ dan membungkam hujatan orang-orang berdosa itu? Mengapa Engkau harus mati? Karena kasih-Nya kepada kita. Karena kalau hari itu Dia turun dari atas salib, maka Saudara dan saya yang harus naik di sana.

Sumber: Majalah TRINITAS Edisi I / 1998
Penerbit: Departemen Literatur Gereja Kristen Abdiel Trinitas, Surabaya. 
Source : https://thisisreformedfaith.wordpress.com/

Kapan Sesungguhnya Yesus Dilahirkan? – Esra Alfred Soru

1 KAPAN SESUNGGUHNYA YESUS DILAHIRKAN?


Esra Alfred Soru*


Mungkin pada saat tulisan ini sampai kepada anda, anda sementara sibuk dengan berbagai perayaan Natal. Kuucapkan “SELAMAT NATAL dan TAHUN BARU”. Adalah baik jika kita merayakan dan bergembira karenanya sebab Allah telah berkenan diam di antara kita, menjadi sama dengan kita dengan tujuan mulia untuk menyelamatkan kita. Namun lebih jauh dari itu, betapa pentingnya bagi kita untuk memahami beberapa hal yang berhubungan dengan Natal sehingga kita dapat merayakannya dengan pengertian dan pengetahuan yang baik tentangnya. Selama beberapa hari ini saya akan membahas beberapa persoalan di sekitar peristiwa Natal dan di bagian pertama tulisan ini akan membahas “Kapankah Yesus dilahirkan?”


“Kapankah Yesus dilahirkan?” Pertanyaan ini mengacu kepada dua hal yakni (1) “bulan apakah Yesus dilahirkan?” dan (2) “tahun berapa Yesus dilahirkan?”


Bulan apakah Yesus dilahirkan?


Menyangkut tanggal kelahiran Kristus, benarkah Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Desember? Tidak! Tidak ada satu sumber pun yang mengacu pada tanggal tersebut. Kalau kita membaca Alkitab dengan seksama maka kita mempunyai satu acuan yang baik yakni dalam Luk 2:8 : “Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam”. Jadi waktu Yesus dilahirkan bertepatan dengan saatnya para gembala tinggal di padang untuk menjaga kawanan ternak. Dari fakta ini rasanya sulit untuk mengatakan bahwa kelahiran Kristus terjadi pada bulan Desember. Mengapa? Karena bulan Desember adalah musim dingin di Israel. (Catatan : Israel terletak pada garis lintang yang sejajar dengan Jepang dan Korea Selatan). Herlianto dalam website Yayasan Bina Awam (www.yabina.org) berkata : “Kelihatannya bulan dan tanggal itu (25 Desember) tidak tepat, soalnya pada bulan Desember – Januari, di Palestina, iklimnya cukup dingin dengan beberapa tempat bersalju, sehingga agaknya tidak mungkin ada bintang terang di langit dan para gembala bisa berada di padang Efrata dalam keadaan musim demikian (Luk.2:8), demikian juga tentunya kaisar Agustus tidak akan mengeluarkan kebijakan sensus dan menyuruh penduduk Yudea melakukan perjalanan jauh dalam suasana dingin yang mencekam sehingga Maria yang hamil mesti melakukannya”. Dengan demikian Yesus tidak mungkin lahir pada bulan Desember. Klemens dari Alexandria juga pernah mengatakan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Pachon (20 Mei) namun ini juga bukan suatu kepastian. Lalu bulan apa? Kita memiliki data lain dari Alkitab yakni waktu ketika Zakharia masuk ke Bait Allah dan bertugas di sana. Waktu itu berkisar bulan Siwan (Mei – Juni) dan dengan memperhitungkan lama kandungan Elizabeth dan Maria, maka diperkirakan kelahiran Yesus terjadi pada sekitar Hari Raya Pondok Daun yakni di bulan Tishri (September – Oktober). Bulan ini sepertinya lebih dapat diterima daripada bulan Desember meskipun ini bukanlah suatu kepastian.


Mengapa menjadi 25 Desember?


Kalau memang waktu kelahiran Yesus bukanlah di bulan Desember, lalu mengapa atau darimana munculnya tradisi Natal yang dirayakan tanggal 25 Desember ini? Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Christmas’mengatakan : “Alasan mengapa Natal sampai dirayakan pada tanggal 25 Desember tetap tidak pasti, tetapi paling mungkin alasannya adalah bahwa orang-orang Kristen mula-mula ingin tanggal itu bertepatan dengan hari raya kafir Romawi yang menandai ‘hari lahir dari matahari yang tak terkalahkan’ …; hari raya ini merayakan titik balik matahari pada musim dingin, di mana siang hari kembali memanjang dan matahari mulai naik lebih tinggi di langit. Jadi, kebiasaan yang bersifat tradisionil yang berhubungan dengan Natal telah berkembang dari beberapa sumber sebagai suatu akibat dari bertepatannya perayaan kelahiran Kristus dengan perayaan kafir yang berhubungan dengan pertanian dan matahari pada pertengahan musim dingin. … Tanggal 25 Desember juga dianggap sebagai hari kelahiran dari dewa misterius bangsa Iran, yang bernama Mithra, sang Surya Kebenaran”. Lalu kalau begitu apakah perayaan Natal ini berbau kekafiran seperti dituduhkan oleh beberapa golongan belakangan ini? (Catatan : Beberapa gereja menolak merayakan Natal karena beranggapan bahwa Natal bersumber dari tradisi kafir). Tentu saja tidak! Harus diingat bahwa perayaan Natal yang bertepatan dengan perayaan kafir itu bukan berarti bahwa umat Kristen waktu itu menyembah dewa-dewa kafir. Sebaliknya justru mereka ingin menjauhkan diri dari kekafiran. Perhatikan kata-kata Herlianto : “Pada tahun 274, di Roma dimulai perayaan hari kelahiran matahari pada tanggal 25 Desember sebagai penutup festival saturnalia (17-24 Desember) karena diakhir musim salju matahari mulai menampakkan sinarnya pada hari itu. Menghadapi perayaan kafir itu, umat Kristen umumnya meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti upacara itu, namun dengan adanya kristenisasi masal di masa Konstantin, banyak orang Kristen Roma masih merayakannya sekalipun sudah mengikuti agama Kristen. Kenyataan ini mendorong pimpinan gereja di Roma mengganti hari perayaan ‘kelahiran matahari’ itu menjadi perayaan ‘kelahiran Matahari Kebenaran’ dengan maksud mengalihkan umat Kristen dari ibadat kafir pada tanggal itu dan kemudian menggantinya menjadi perayaan ‘Natal.’ Pada tahun 336, perayaan Natal mulai dirayakan tanggal 25 Desember sebagai pengganti tanggal 6 Januari. Ketentuan ini diresmikan kaisar Konstantin yang saat itu dijadikan lambang raja Kristen. Perayaan Natal kemudian dirayakan di Anthiokia (375), Konstantinopel (380), dan Alexandria (430), kemudian menyebar ke tempat-tempat lain”. (www.yabina.org). Herlianto melanjutkan : “Dari kenyataan sejarah tersebut kita mengetahui bahwa Natal bukanlah perayaan dewa matahari, namun usaha pimpinan gereja untuk mengalihkan umat Roma dari dewa matahari kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara menggeser tanggal 6 Januari menjadi 25 Desember, dengan maksud agar umat Kristen tidak lagi mengikuti upacara kekafiran Romawi. Masa kini umat Kristen tidak ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa matahari, dan tanggal 25 Desember pun tidak lagi mengikat, sebab setidaknya umat Kristen secara umum merayakan hari Natal pada salah satu hari di bulan Desember sampai Januari demi keseragaman. Karenanya Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘from church year Christmas’ menulis : “…hari raya tentang kelahiran Kristus, hari lahir dari ‘surya kebenaran’ (Mal 4:2) ditetapkan di Roma, atau mungkin di Afrika Utara, sebagai suatu saingan Kristen terhadap hari raya kafir dari surya yang tak terkalahkan pada titik balik matahari. …” Demikianlah asal usul perayaan Natal pada tanggal 25 Desember.


Tahun berapakah Yesus dilahirkan?


Sama seperti masalah tanggal/bulan kelahiran Kristus, tahun kelahiran Kristus pun tidak pasti. Namun demikian, kita memiliki beberapa acuan historis dari Alkitab. (1) Yesus dilahirkan pada zaman raja Herodes (Mat 2:1). Kalau Yesus dilahirkan pada zaman raja Herodes maka kita memerlukan informasi masa pemerintahan Herodes. Flavius Josephus seorang sejarawan Yahudi memberikan informasi bahwa Herodes mulai memerintah dari tahun 73 hingga tahun 4 SM (tahun kematiannya). Itu berarti bahwa Yesus tidak mungkin lahir setelah tahun 4 SM karena sewaktu Yesus lahir Herodes masih hidup dan bahkan Herodes ingin membunuhnya. Dari terang ini kita bisa memperkirakan bahwa Yesus lahir beberapa tahun sebelum kematian Herodes (tahun 4 SM). (2) Yesus dilahirkan pada saat Kaisar Agustus mengadakan sensus di mana Kirenius menjadi wali negeri di Siria (Luk 2:1-2). Menurut catatan Josephus, seorang bernama Kirenius pernah dikirim ke Siria dan Yudea untuk menyelenggarakan suatu sesus pada permulaan tarikh masehi. Sensus ini merupakan bagian dari operasi pembersihan setelah Arkhelaus (putera Herodes Agung) dipecat dari jabatannya. Peristiwa ini terjadi beberapa tahun setelah Herodes mati (tahun 6-7 M). Melihat data ini rasanya sulit mencocokkannya dengan acuan pertama di atas namun penjelasan dapat diberikan untuk ini bahwa Lukas memberikan catatan awal dari tugas Kirenius itu (beberapa tahun sebelum tahun 6-7 M) namun mengingat masalah transportasi dan komunikasi yang sangat sulit waktu itu maka tugas itu baru berakhir pada tahun 6-7 M seperti yang dicatat oleh Josephus. (Informasi : Untuk memahami lebih jauh masalah ini, silahkan baca buku John Drane “Memahami Perjanjian Baru” hal. 54-57). (3) Yesus dibaptis ketika berumur 30 tahun yakni tahun ke 15 dari pemerintahan kaisar Tiberius (Luk 3:1). Pemerintahan resmi Kaisar Tiberius atas Roma dimulai pada tahun 14 M sehingga tahun ke 15 pemerintahnnya adalah tahun 28 M. Namun sebenarnya ia telah memerintah bersama kaisar Agustus sejak tahun 11 M sehingga meskipun ia secara resmi baru memerintah tahun 14 M (setelah Agustus mati) tetapi sesungguhnya ia telah memegang kekuasaan sejak tahun 11 M. Mungkin sekali Lukas menghitung tahun ke 15 pemerintahan Tiberius ini dari tahun 11 M sehingga tahun ke 15 pemerintahan Tiberius adalah tahun 25-26 M. Kalau pada tahun 25-26 M Yesus berumur 30 tahun, maka dapat diperkirakan waktu kelahiran Yesus dari sini yakni berkisar tahun 5 atau 4 SM. Dari semua data sejarah ini pada umumnya para ahli sejarah dan teolog memberikan perhitungan tahun kelahiran Yesus di sekitar tahun 8 hingga tahun 4 SM. Ada yang berkata Yesus lahir sekitar tahun 8-5 SM, ada juga yang memperkirakan tahun 6-4 SM.


Mengapa Yesus lahir “Sebelum Masehi”?


Dari beberapa perhitungan tahun kelahiran Yesus yang telah dikemukakan di atas, semuanya mengacu pada masa sebelum Masehi. Kata “Masehi” sesungguhnya mempunyai akar kata yang sama dengan “Mesias” dalam bahasa Ibrani dan “Kristus” dalam bahasa Yunani. Jadi sesungguhnya kata “Masehi” yang dipakai dalam perhitungan tahun-tahun pada masa kini menunjuk pada Kristus. Jika kita menyebut tahun 50 SM (Sebelum Masehi) artinya ada 50 tahun sebelum kelahiran Kristus. Jika kita menyebut tahun 100 M (Masehi) maka maksudnya adalah 100 tahun setelah kelahiran Kristus. Tentu sesuatu yang sangat menarik bahwa tahun kelahiran Kristus dijadikan sebagai patokan perhitungan tahun dalam dunia ini. Lalu bagaimana dengan perhitungan-perhitungan tahun kelahiran Kristus yang mengacu pada masa sebelum Masehi? Jika kita berkata bahwa Kristus dilahirkan sekitar tahun 8-5 sebelum Masehi bukankah itu berarti bahwa Kristus lahir sekitar 5-8 tahun sebelum kelahiran-Nya? Bukankah ini sebuah kejanggalan? Mengapa bisa terjadi seperti ini?


Pada abad 6 kaisar Justinian memberikan perintah kepada seorang yang bernama Dionisius Exegius untuk membuat sebuah kalender dengan perhitungan tahun Masehi (tahun kelahiran Kristus) untuk mengganti kalender Romawi saat itu yang memakai perhitungan tahun berdasarkan tahun berdirinya kota Roma yang biasanya disingkat AUC (Ab Urbe Condita). Menurut perhitungan tahun AUC, kelahiran Kristus jatuh pada tahun 747 namun ternyata dalam pembuatan kalender Masehi itu Dionisius Exegius membuat kekeliruan perhitungan dengan menempatkan kelahiran Kristus pada tahun 753 AUC sehingga terjadi kekurangan sekitar 6 tahun. (Informasi : Baca penjelasannya lebih lanjut dalam buku Selamat Natal karangan Andar Ismail, hal. 43). Kekeliruan ini tidak sempat diperbaiki karena kalender yang dibuat telah dipublikasikan ke seluruh kekaisaran Romawi bahkan sudah diterima seluruh dunia pada masa kini (Catatan : Jadi kalender yang kita pakai sekarang ini adalah hasil karya Dionisius Exegius). Karena kekurangan ini maka Kristus yang seharusnya menurut tarikh Masehi dilahirkan pada tahun 0 (nol) sebagai pusat perhitungan tahun-tahun akhirnya bergeser kira-kira 6 tahun. Itulah sebabnya perhitungan tahun kelahiran Kristus menjadi bergeser beberapa tahun dari tahun 0 (nol) sehingga para sejarawan dan peneliti menempatkannya sekitar tahun 6-4 SM. Dan dengan demikian perhitungan tahun kita saat ini juga berkurang sekitar 6 tahun. Jadi seandainya tidak terjadi kekeliruan perhitungan Exegius maka sekarang ini kita bukannya berada pada tahun 2004 melainkan mungkin di sekitar tahun 2008 atau 2010. Faktanya Exegius telah salah menghitung dan akhirnya tahun-tahun berkurang 6 tahun sehingga kita saat ini masih berada di tahun 2004. Demikianlah alasan bagi kejanggalan di sekitar tahun kelahiran Kristus.


2 Kelahiran Kristus Yang Ajaib (Dari Perawan Maria)


ANTARA “KATA ALKITAB” DAN “KEBERATAN MASA KINI”


Esra Alfred Soru*


Sebentar lagi umat Kristiani sedunia akan merayakan suatu hari raya besar yakni NATAL. Suatu perayaan untuk mengingat suatu peristiwa penting dalam sejarah dunia yakni kelahiran Yesus Kristus Sang Juruselamat dunia. Ia yang adalah Allah pencipta alam semesta itu datang menjenguk manusia dengan menyamar sebagai manusia. Itulah yang dikenal dengan istilah “inkarnasi”.


Kesaksian Alkitab


Menurut kesaksian Alkitab, sewaktu Yesus berinkarnasi ke dalam dunia ini, Ia tidak datang dengan kebesaran-Nya sebagai Allah alam semesta melainkan datang dalam rupa seorang bayi mungil melalui rahim seorang perawan Yahudi bernama Maria. Injil Matius dan Lukas menggambarkan dengan jelas bahwa bayi yang dikandung perawan Yahudi itu adalah hasil karya Roh Kudus dan bukan hasil hubungan seorang laki-laki dan seorang perempuan. Sesungguhnya hal ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara mendadak atau kebetulan melainkan sudah dinubuatkan jauh sebelumnya. Dalam Kej 3:15 dikatakan : “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Jadi ada satu janji bahwa akan datang seorang keturunan perempuan itu yang akan berhasil meremukkan kepala ular itu. Menarik untuk dipikirkan bahwa keturunan yang akan datang itu tidak disebut sebagai keturunan laki-laki melainkan keturunan perempuan. Dalam kebudayaan paternalistik seperti di Yahudi, sering disebutkan dalam silsilah-silsilah tentang seorang laki-laki yang memperanakkan. Contohnya Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, dst. Kalau dikatakan bahwa Abraham memperanakkan Ishak maka dengan sendirinya orang mengerti bahwa bukan Abraham yang melahirkan Ishak melainkan istrinya. Jadi kalau Alkitab berkata tentang seorang laki-laki yang memperanakkan seseorang maka sudah tentu harus dimengerti hal itu dalam hubungan dengan seorang perempuan. Di sini sangat menarik bahwa ternyata keturunan yang akan meremukkan kepala ular itu bukanlah disebut keturunan laki-laki melainkan keturunan perempuan. Dengan demikian sebenarnya janji ini ingin mengatakan bahwa akan datang seseorang keturunan perempuan (tanpa laiki-laki) yang akan meremukkan kepala ular yakni iblis itu. Siapakah keturunan perempuan yang akan meremukkan kepala iblis itu? Dialah Yesus Kristus yang lahir bukan dari keturunan laki-laki (dan perempuan) melainkan keturunan perempuan (tanpa laki-laki). Itulah sebabnya Kej 3:15 ini sering disebut “Proto Evangelium” (Injil yang pertama). Jadi sesungguhnya Kej 3:15 adalah sebuah tipe dari anti tipe yang akan datang yakni Kristus sendiri. Janji ini diteguhkan lagi oleh nabi Yesaya ketika ia berkata : “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”. Dan hal ini sungguh digenapi dalam diri Yesus Kristus sewaktu masuk ke dalam dunia ini. Mat 1:20-23 berkata : “…sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi : “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita”. Jadi kedatangan Kristus ke dalam dunia ini melalui seorang perawan adalah penggenapan nubuatan dalam PL. Hal ini dipercayai dengan pasti oleh orang-orang Kristen yang sejati bahkan muncul dalam rumusan Pengakuan Iman Rasuli yang kita ucapkan setiap minggunya : “Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria…”


Perkembangan selanjutnya


Kepercayaan akan kelahiran Kristus dari seorang perawan sudah dipercayai golongan ortodoks selama ribuan tahun namun rupanya dalam perkembangan selanjutnya, doktrin/kepercayaan ini mulai ditentang dan ditolak terutama oleh aliran liberal dan juga gerakan “Jesus History” atau “Jesus Seminar”. Penolakan ini begitu hebat sehingga pokok ini menjadi suatu pokok yang sangat kontroversial. Pokok ini yang paling banyak diperdebatkan dalam studi Kristologi di samping topik kematian dan kebangkitan Kristus. Millard J. Erickson berkata : “Di akhir abad 19 dan awal abad 20, kelahiran Yesus dari seorang perawan berada di garis depan perdebatan di antara golongan fundamentalis dengan golongan modernis. Golongan fundamentalis bersikeras bahwa doktrin ini merupakan kepercayaan yang sangat menentukan. Golongan modernis menyangkal doktrin ini sebagai tidak penting atau tidak dapat dipertahankan atau menafsirkannya kembali secara tidak harfiah. Bagi golongan fundamentalis, doktrin ini merupakan jaminan keunikan kualitatif dari keallahan Kristus, sedangkan bagi golongan modernis doktrin ini mengalihkan perhatian dari kenyataan rohani-Nya kepada persoalan yang sekedar biologis saja. (Teologi Kristen II; hal. 393-394). Demikian pula D. James Kennedy : “Dari semua mujizat-mujizat dan misteri dalam Alkitab, mujizat kelahiran Yesus Kristus melalui perawan Maria sudah mengalami serangan yang paling galak. Anehnya, serangan-serangan yang paling bersikap memusuhi datang dari mereka yang menganggap dirinya sebagai ahli teologia dan pelayan-pelayan Injil. Dengan mengaku bahwa mereka hanya ingin membersihkan semua yang berbau “mistik” dan “dongeng” dari kisah-kisah dalam Injil…” (Solving Bible Mysteries; hal. 69-70). Dan menariknya adalah bahwa penolakan terhadap doktrin ini justru dimulai dari seorang Pendeta yakni Harry Emerson Fosdick, Pendeta pada sebuah gereja megah “Riverside Church” di New York yang adalah pemimpin aliran teologi liberal di Amerika Serikat. Perhatikan kata-kata dalam khotbah Fosdick ini : “Aku ingin meyakinkan anda saat ini juga bahwa aku tidak percaya pada kelahiran melalui seorang perawan dan aku harap anda semua juga tidak. Doktrin ini mengalihkan perhatian dari kenyataan rohani-Nya kepada persoalan yang sekedar biologis saja. (Kennedy : 69; lihat juga Erickson : 394). D. James Kennedy ketika mengutip kata-kata Fosdick ini berkomentar : “Kata-kata itu diucapkan dalam paruh waktu pertama abad 20 dari atas mimbar…sejak itu kata-kata tersebut selalu bergema di semua gereja liberal di seluruh Amerika”. (Kennedy : 69).


Keberatan-keberatan terhadap doktrin ini


Ada beberapa keberatan yang biasa diajukan untuk menolak ajaran tentang kelahiran Kristus dari seorang perawan. Kita akan melihatnya satu per satu dan mengujinya. Apakah keberatan modern ini layak menggugurkan kepercayaan ordoksi terhadap kelahiran ajaib Kristus dari seorang perawan?


Keberatan Pertama : Doktrin ini tidak masuk di akal dan bertentangan dengan hukum alam.


Inilah keberatan pertama dan utama. Mana mungkin seorang perempuan bisa hamil tanpa hubungan dengan seorang laki-laki? Ini adalah suatu hal yang tidak masuk di akal. Benarkah demikian? Sebelum menjawabnya, baiklah kita sadari satu hal bahwa sebenarnya akar dari pandangan semacam ini adalah ketidakpercayaan terhadap mujizat. D. James Kennedy menulis : “Jadi mengapa begitu banyak gereja dan hamba-hamba Tuhan yang menolak kelahiran melalui perawan? Alasan pertama adalah bahwa adanya kerancuan (bias) yang anti supernatural, yaitu kerangka pemikiran naturalistik yang sama sekali menolak tentang adanya mujizat. Jelas kalau anda tidak percaya kepada mujizat, anda tidak akan bisa percaya tentang kelahiran melalui seorang perawan”. (Kennedy : 77). Simak juga komentar Josh Mc Dowell & Don Steward, 2 apologet Kristen terkemuka : “Yang menjadi masalah utama bagi banyak orang berkenaan dengan kelahiran dari anak dara itu ialah bahwa kejadian itu suatu mujizat. Kitab Suci tidak membicarakan peristiwa ini sebagai suatu kejadian yang biasa saja, melainkan sebagai perbuatan Allah yang adikodrati. Mujizat kelahiran dari anak dara ini seharusnya tidak menjadi masalah jika orang mengakui kemungkinan terjadinya mujizat”. (Jawaban Bagi Pertanyaan Orang Yang Belum Percaya; hal. 72). Bandingkan ini dengan klimat Toni Evans : “Para perawan tidak bsia hamil, kecuali secara adikodrati”. (Allah Kita Maha Agung; hal. 347). Jadi kalau kita percaya bahwa Allah adalah Allah yang berada di atas alam semesta maka tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ia dapat melakukan apa saja yang Ia kehendaki termasuk memasukkan Yesus ke dalam dunia ini melalui seorang perawan. Mannford G. Gutzke dengan baik berkata : “Kelahiran dari seorang perawan sama sekali bukan masalah bagi Tuhan. Kalau memang ada Allah yang menciptakan alam semesta, kalau Ia melemparkan galaksi-galaksi dari ujung-ujung jari-Nya, kalau Ia menghiasi langit malam dengan kilauan Bima Sakti, maka bagi Dia adalah hal yang amat kecil untuk menciptakan sebuah benih mungil dan menanamkannya dalam rahim seorang perawan Yahudi muda”. (Gutzke dalam Kennedy : 78). Sedangkan Stephen Tong dengan sangat indah menulis : “Ketika Adam dicipta, Adam tidak memiliki ayah dan ibu. Jadi Adam ada tanpa ayah dan tanpa ibu. Inilah cara kerja Allah yang pertama. Tanpa pria, tanpa wanita, Allah menciptakan Adam. Ketika Hawa dicipta, ia dicipta dari tulung rusuk Adam , setelah Tuhan membuat Adam tertidur. Jadi Hawa datang dari tubuh Adam, sehingga Adam mengatakan : “inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kej 2:23). Maka modus kedua, Hawa dicipta dari pria, tanpa wanita. Tuhan mencipta dengan memakai pria, tanpa wanita, maka terciptalah Hawa. Ini adalah cara penciptaan yang kedua. Ketika Allah menjadikan saudara dan saya, Tuhan memakai pria dan memakai wanita. Inilah cara yang ketiga. Maka tinggal satu cara lagi yang tersisa yaitu tanpa pria, dengan memakai wanita. Dengan cara yang keempat inilah Tuhan Yesus lahir. Jikalau Allah adalah Allah yang hidup, mengapa kita berhak membatasi Allah hanya dengan memakai tiga cara dan tidak memperbolehkan Allah memakai cara yang keempat? Itulah sebabnya orang Kristen percaya bahwa Allah sanggup memakai anak dara Maria untuk melahirkan Yesus Kristus. Itu sesuatu yang sangat logis dan masuk akal. (Yesus Kristus Juruselamat Dunia; hal. 77-78). Stephen Tong melanjutkan : “Allah tidak boleh dibatasi oleh pemikiran dan kehendak manusia. Allah yang sanggup menciptakan manusia tanpa lelaki dan tanpa perempuan, juga adalah Allah yang sanggup menciptakan manusia dengan memakai laki-laki dan perempuan, Allah yang menciptakan Adam, juga adalah Allah yang menciptakan Hawa. Dan Allah yang menjadikan kita semua dengan memakai laki-laki dan perempuan juga adalah Allah yang bisa memakai perempuan tanpa laki-laki untuk melahirkan Yesus Kristus”. (ibid : 78). Dengan demikian kita bisa melihat bahwa sebenarnya kelahiran dari anak dara adalah sesuatu yang masuk akan dan bukannya tidak masuk di akal.


Keberatan kedua : Doktrin tersebut hanya sedikit sekali dibicarakan di PB (Injil Matius dan Lukas) dan dengan demikian diragukan kebenarannya.


Seorang Pendeta Presbyterian di Amerika mengatakan : ‘Kelahiran melalui seorang perawan hanya disebutkan dalam 2 kitab Injil dalam Alkitab, yaitu Matius dan Lukas. Sedangkan dalam Injil Markus dan Yohanes sama sekali tidak disinggung. Paulus juga tidak pernah menyebutkan tentang itu. Karena itu aku tidak percaya’. (Kennedy : 78). Bagaimanakah kita memberi jawab apda keberatan semacam ini? Memang harus diakui bahwa hanya 2 Injil (Matius dan Lukas) yang menceritakan kelahiran Yesus dari seorang perawan. Namun demikian, hal yang paling mendasar adalah apakah kita percayai bahwa Alkitab adalah firman Allah atau tidak. Jika kita percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah dan dengan demikian tidak mungkin salah maka tidak peduli berapa banyak yang dibicarakan tentang satu topik meskipun hanya satu kali. Yang penting adalah jika topik itu pernah dibicarakan maka itu PASTI benar. Kelompok “Jesus History” atau “Jesus Seminar” jelas menolak dan tidak dapat menerima doktrin ini karena mereka tidak lagi mempercayai Alkitab apalagi cerita-cerita Injil dan menganggap itu sebagai karangan para murid Yesus.


Kalau suatu bagian Alkitab ditolak hanya karena itu tidak dibicarakan oleh lebih dari 2 tokoh Alkitab maka kita mempunyai alasan untuk menolak lebih banyak lagi. Contohnya : khotbah Yesus di bukit tidak bisa dipercaya karena hanya dibicarakan dalam Injil Matius dan Lukas. Markus dan Yohanes tidak membicarakannya. Paulus juga tidak pernah menyinggung itu dalam surat-suratnya. Lagi pula perlu disadari bahwa bahwa seorang penulis Alkitab tidak menyebutkan suatu topik bukan berarti ia tidak mempercayainya. Bahwa Markus dan Yohanes tidak membicarakan kelahiran dari anak dara bukan berarti mereka menolaknya. Bukankah Markus dan Yohanes tidak menceritakan kelahiran Yesus? Apakah itu berarti bahwa mereka tidak percaya bahwa Yesus dilahirkan? Paulus juga tidak pernah menyebut mujizat-mujizat yang pernah dibuat oleh Yesus. Jadi apakah Paulus tidak percaya bahwa Yesus pernah membuat mujizat apa pun? Paulus tidak pernah menyebutkan perumpamaan-perumpamaan Yesus. Apakah Paulus tidak percaya bahwa Yesus pernah menyampaikan perumpamaan? Kalau kita mengikuti gaya berpikir semacam ini maka kita bisa menghapus seluruh isi Kitab Suci.


Keberatan ketiga : Kalau Yesus dilahirkan dari seorang perawan (tidak dengan laki-laki) maka itu berarti bahwa Yesus bukan sungguh-sungguh manusia


Kristologi kaum Injili mengatakan bahwa Kristus dalam inkarnasi-Nya adalah Alla yang sejati dan manusia yang sejati. Ia 100% Allah dan 100% manusia. Muncul pertanyaan yang berhubungan dengan kelahiran Kristus yakni jika Yesus dilahirkan dari dari seorang perawan maka itu berarti bahwa Yesus bukan sungguh-sungguh manusia. Sebenarnya keberatansemacam ini terlalu mengada-ada. Bukankah Adam dan Hawa adalah sungguh-sungguh manusia meski mereka tidak memiliki ayah dan ibu? Kalau Adam dan Hawa adalah sungguh-sungguh manusia meskipun ia tidak memiliki ayah dan ibu mengapa Yesus bukan sungguh-sungguh manusia hanya karena tidak memiliki ayah?


Keberatan keempat : Kisah kelahiran Yesus dari seorang perawan mirip dengan ajaran agama-agama pra Kristen.


Keberatan berikut dalam hubungan dengan kelahrian Kristus yang ajaib adalah bahwa ada cerita-cerita dari agama pra Kristen yang mirip dengan cerita Injil tentang kelahiran Yesus. Dalam mitologi Yunani diceritakan bahwa dewa Zeus mendekati Alcmene tanpa hubungan seksual dan kemudian melahirkan Hercules, sang pahlawan yang lahir dari seorang perawan. Legenda Budha menceritakan bahwa Budha dilahirkan dari perawan Maya. Dari Hindu dikisahkan bahwa Wishnu, dalam inkarnasinya yang kedelapan, muncul sebagai dewa Krishna, yang lahir melalui perawan Devaki. Demikian pula dari Romawi, Kaisar Agustus dan Alexander Agung dipercaya lahir dari perawan-perawan. Sumber-sumber ini membuat beberapa orang percaya bahwa kisah kelahiran dari seorang perawan yang terdapat dalam Injil merupakan saduran dari kisah-kisah serupa yang terdapat dalam kesusasteraan agama-agama lain bahkan yang lain melihatnya sebagai mitos, bahkan mitos yang dicuri/dipinjam dari agama lain.


Sesungguhnya keberatan ini sama sekali tidak masuk di akal. Mengapa? Karena kalau dipelajari dengan seksama, sesungguhnya cerita-cerita itu bukannya mirip dengan cerita Injil melainkan sangat berbeda. Kennedy membantah keberatan-keberatan ini (Kennedy: 81) dengan berkata : “Dalam kasus Zeus yang menjadi ayah Hercules melalui seorang perawan, kita menemukan apa yang biasanya ditemukan dalam mitologi Yunani di mana dewa-dewa tidak lain adalah manusia-manusia yang “diperbesar” menjadi ukuran dewa, dan dengan dosa-dosa serta kelemahan manusia, hidup bersama dengan manusia. Dewa-dewa Yunani sering kali digambarkan sebagai lebih menyukai perempuan-perempuan (manusia) biasa. Tentang Budha, ibunya menyatakan bahwa seekor gajah putih yang memiliki 6 buah taring dan pembuluh-pembuluh darah berwarna merah datang mendekatinya, dan menyebabkannya mengandung bayi yang kemudian menjadi Budha. Dalam kasus Wishnu, menurut legenda, ia pertama kali menjelma menjadi ikan, lalu kura-kura, selanjutnya beruang, singa, dan beberapa makhluk aneh lainnya. Sukar melihat hubungan antara cerita ini dengan kisah kelahiran Yesus. Dalam kasus Kaisar Agustus, ia mengaku bahwa ibunya, Olympia dihamili oleh seekor ular; Alexander Agung juga mengaku bahwa ayahnya adalah seekor ular. (Mengapa hal ini perlu disombongkan sungguh tidak bisa dipahami)”. Jadi jelas bahwa ternyata semua mitos kafir ini sangat jauh berbeda dengan kisah Yesus dan karenanya tidak mungkin kisah kelahiran Yesus diambil dari mitologi-mitologi kafir ini. Simaklah kata-kata Budi Asali : “Maria mengandung dari Roh Kudus” bukan berarti bahwa Allah / Roh Kudus melakukan hubungan seks dengan Maria dan menyebabkannya mengandung melalui hubungan seks itu. Dalam dongeng-dongeng kafir kita sering membaca tentang dewa yang berhubungan seks dengan manusia sehingga mempunyai anak. Tetapi kekristenan tidak mengajarkan hal seperti itu. “Maria mengandung dari Roh Kudus”, artinya Roh Kudus melakukan suatu mujijat sehingga perawan Maria itu mengandung tanpa hubungan seks dengan siapapun”. (Eksposisi Injil Matius; hal. 20). Akhirnya perhatikan kesimpulan Thomas Thorburn : “Semua cerita yang bermacam-macam mengenai kandungan dan kelahiran yang gaib ini, yang kita temui dalam dongeng-dongeng dan sejarah Mitologi, umumnya mempunyai satu unsur serupa – semua nya itu justru menunjukkan perbedaan atau ketidaksamaan dan bukannya persamaan di antara cerita kelahiran Yesus di dalam agama Kristen dan di dalam dongeng-dongeng yang beredar di kalangan agama-agama kafir”. (Critical Examination of the Evidences for the Doctrine of the Virgin Birth; hal. 158).


Keberatan kelima : Yesus sering disebut sebagai anak Yusuf dan bahwa “dikandung dari Roh Kudus” adalah istilah yang umum di Yahudi.


Keberatan ini dikemukakan oleh seorang teolog Skotlandia bernama William Barclay. Barclay memulai keberatannya dengan berkata : “Perikop ini (Mat 1:18-25) menceritakan tentang Yesus yang dilahirkan oleh karya Roh Kudus. Perikop ini menuturkan cerita tentang kelahiran dari perawan. Pokok ini merupakan doktrin yang penuh dengan kesulitan; dan gereja kita tidak memaksa kita untuk menerima ajaran itu secara hurufiah dan secara jasmani. Ajaran ini adalah salah satu ajaran yang diterima oleh gereja. Gereja memberi kita keleluasaan untuk memahami serta mengambil kesimpulan sendiri. … yang ditekankannya dalam perikop ini bukanlah pertama-tama bahwa Yesus lahir dari seorang wanita perawan, melainkan Yesus lahir karena karya Roh Kudus”. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius; hal. 30-31). Terhadap pernyataan Barclay ini, Budi Asali berkomentar : “Ini jelas merupakan penafsiran sesat yang sama sekali tidak menghargai otoritas Kitab Suci, dan ini menunjukkan kesesatan William Barclay! Gereja manapun yang tidak mengharuskan doktrin kelahiran Yesus dari seorang perawan, adalah gereja yang sesat!” (Budi Asali : 19). Dalam bukunya yang lain Barclay menulis : “Silsilah Yesus baik dalam Injil Lukas maupun Injil Matius (Luk 3:23-38; Mat 1:1-17) mengikuti silsilah Yusuf. Jadi aneh jika Yusuf bukan ayah-Nya. Ketika Maria mencari-cari Dia sementara Yesus berdiskusi di Bait Suci, Maria berkata kepada-Nya “Bapamu dan aku dengan cemas mencari engkau” (Luk 2 :48). Sebutan bapa dengan pasti diberikan oleh Maria kepada Yusuf. Berulang-ulang Yesus diacu sebagai putera Yusuf (Mat 13 :55 ; Yoh 6 :24). Kitab-kitab lainnya dalam PB tidak berbicara mengenai kelahiran dari anak dara itu. Meskipun dalam Gal 4 :4 Paulus berkata-kata tentang Yesus sebagai ‘yang dilahirkan dari seorang wanita’. Tetapi inilah ungkapan yang lazim bagi setiap manusia yang fana (Ay 14:4; 15:14; 25:4). (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil Lukas; hal. 18). Barclay melanjutkan : “Apabila kita tidak memahami hal kelahiran dari anak dara ini, lalu bagaimanakah timbulnya cerita itu? Ada peribahasa Yahudi yang mengatakan bahwa pada setiap anak selalu ada tiga yang terlibat – bapa, ibu dan Roh Allah. Mereka yakin bahwa seorang anak tidak akan dilahirkan tanpa Roh Kudus. Ada kemungkinan bahwa cerita-cerita PB mengenai kelahiran Yesus diungkapkan dalam kata-kata indah, yang secara puitis dikatakan bahkan kalaupun ia mempunyai seorang ayah manusiawi, Roh Kudus tetap bekerja dalam kelahirannya secara unik”. (ibid : 18-19). Dan akhirnya Barclay berkata : “Dalam hal ini kita dapat memutuskan sendiri. Kita dapat menerima ajaran harfiah mengenai kelahiran dari seorang perawan; tetapi bisa juga kita lebih suka untuk memahaminya sebagai cara yang indah untuk menekankan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan keluarga. (ibid : 19).


Apakah yang harus kita katakan tentang keberatan/pendapat Barclay ini? Pertama-tama haruslah diingat bahwa secara hukum Yesus adalah anak Yusuf. Karena itu tidak aneh, kalau silsilah-Nya dibuat melalui Yusuf. Selain itu penyebutan Yesus sebagai anak Yusuf adalah penyebutan dalam konteks manusia-Nya. Bukankah akhirnya Yusuf juga mengakui Yesus sebagai anaknya? Jadi wajar kalau Yesus disebut sebagai anak Yusuf. Bahwa Maria menyebut Yusuf sebagai Bapanya Yesus (Luk 2:48) haruslah dilihat dari terang ini. Selain itu pula Barclay gagal melihat konteks ayat ini di mana Luk 2:49 justru memperlihatkan kata-kata Yesus : “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?.” Dengan kata lain, Ia mengatakan bahwa Yusuf bukanlah bapa-Nya, karena Allahlah yang adalah Bapa-Nya. Dapat ditambahkan pula bahwa penyebutna Yesus sebagai anak Yusuf adalah menurut anggapan orang. Perhatikan Luk 3:23 : “Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli..” (band. Yoh 6:42). Dengan demikian jelaslah bahwa penyebutan Yusuf sevagai bapa Yesus atau Yesus sebagai anak Yusuf tidak cukup menjadi alasan untuk menolak doktrin kelahiran Kristus dari anak dara.


Lalu bagaimana dengan peribahasa Yahudi yang dikatakan Barclay? Haruslah diingat bahwa Luk 1:26-38 dan Mat 1:18-25 merupakan historical narrative (cerita sejarah) dan karenanya harus ditafsirkan secara hurufiah, tidak boleh dijadikan puisi/peribahasa. Seandainya benar bahwa ada peribahasa Yahudi seperti itu, bukankah gambaran kitab Injil jelas memperlihatkan cerita yang berbeda dari kebanyakan cara kelahiran anak-anak Yahudi. Bapa, ibu dan Roh Kudus memang terlibat dalam kelahiran seorang anak Yahudi tetapi Alkitab dengan jelas memperlihatkan bahwa hanya ibu (Maria) dan Roh Kudus yang terlibat dalam proses kelahiran Yesus.


Kita sedah menjawab semua keberatan terhadap doktrin kelahiran Kristus dari seorang perawan dan kita sudah menemukan bahwa keberatan-keberatan itu, tidak ada satu pun yang cukup kuat untuk menolak doktrin ini. Doktrin kelahiran Yesus dari anak dara adalah doktrin yang sangat penting dalam Alkitab dan peristiwa ini adalah sebuah mujizat. Yesus Kristus adalah Allah yang ajaib dan karenanya layaklah untuk dipikirkan bahwa Ia datang dan pergi dari dunia ini dengan cara yang ajaib pula. Kiranya iman kita diteguhkan untuk mempercayai peristiwa yang agung ini sambil merayakan dan menikmati sukacita Natal tahun ini. SELAMAT NATAL!!!


* Penulis adalah pendiri dan ketua Sekolah Teologia Awam (STA) “PELANGI KASIH”, alumnus “Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara” (STAN) – Malang.


3 Siapakah Orang Majus & Bintang Apakah yang Mereka Lihat?

Esra Alfred Soru*

Satu kisah yang tidak dapat dipisahkan dari Natal adalah kisah kunjungan orang Majus yang datang mencari dan menyembah Yesus. Kisah ini hanya diceritakan oleh Matius sedangkan ketiga Injil yang lain tidak menyinggung kisah ini sama sekali. Tentang hal ini beberapa orang menaruh keraguan tentang historitas kisah ini namun sesungguhnya ini bukanlah persoalan jika kita menyadari bahwa setiap pengarang Injil mempunyai sumber-sumber sendiri dalam penulisan Injilnya. Mungkin juga Matius mencatatnya karena sebelumnya Markus tidak mencatatnya sedangkan Lukas dan Yohanes tidak mencatatnya karena merasa Matius sudah mencatatnya. Kalau kita sungguh mempercayai kesaksian Alkitab, kita tentu akan menerimanya tanpa keraguan apalagi dengan alasan-alasan yang dipaksakan.


Gaya tulis Matius : Jawaban atas nubuatan


Kalau kita mempelajari sedikit latar belakang Injil Matius, kita mengerti bahwa sebagai orang Yahudi, Matius mempunyai kepentingan untuk meyakinkan para pembaca yang adalah orang Yahudi bahwa sesungguhnya Kristus adalah Mesias yang dinanti-nantikan di mana Ia menjawab semua nubuatan tentang Mesias. Itulah sebabnya dalam menulis silsilah Yesus, Matius memulainya dari Abraham saja (tidak dari Adam) yang mana merupakan nenek moyang bangsa Israel (Mat 1:1). Ini jelas berbeda dengan Lukas yang menujukkan Injilnya bagi orang-orang gentile (non Yahudi) sehingga menulis silsilah Yesus sampai ke Adam sebagai manusia pertama bahkan sampai pada Allah. (Luk 3:38). Karena itu Matius biasanya mencatat peristiwa-peristiwa tentang Kristus dan menghubungkannya dengan PL sebagai bukti bahwa Kristus adalah jawaban dan sentral dari berita PL. Demikianlah yang terjadi ketika Matius mencatat peristiwa kunjungan orang-orang Majus saat Yesus dilahirkan. Mungkin saja Matius mencatat peristiwa ini dan melihatnya sebagai penggenapan dari harapan yang terdapat dalam Maz 72:10-11 : “Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya!” dan juga nubuatan dalam Yes 60:6 : “Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN”.


Siapakah orang-orang Majus itu?


Siapakah orang-orang Majus itu? Tidak banyak keterangan dari Alkitab tentang mereka kecuali informasi bahwa mereka berasal dari Timur (Mat 2:1). Banyak penafsir setuju bahwa “Timur” di sini menunjuk kepada bagian timur dari Yudea yang menunjuk kepada daerah Persia dan Arabia (Kej 25:6). Sebagian menganggapnya daerah Mesopotamia dan Babilonia. Kata “Majus” ini adalah kata yang sulit dipahami dalam pengertian kita saat ini. Alkitab-Alkitab bahasa Inggris menyebutnya ‘wise man’ (orang bijaksana). Kata ini dalam dalam bahasa Yunaninya adalah ‘magoi’. Dalam perkembangan di kemudian hari kata ini sering dihubungkan dengan kata ‘magician’ yang dapat berarti tukang sihir. Namun sesungguhnya arti kata ini tidaklah sesempit pengertian masa kini. J.J. de Heer berkata : “Pada aslinya kata itu berarti imam-imam di Persia, … ‘. (Tafsiran Alkitab Injil Matius; hal. 22). Homer A. Kent, Jr juga memberikan keterangan : “Orang-orang Majus (magoi) aslinya merupakan kasta imamat di kalangan orang Persia dan Babilonia (band. Dan 2:2, 48; 4:6-7; 5:7). Nama ini kemudian oleh orang Yunani dikenakan pada semua ahli sihir atau dukun (Kis 8:9; 13:8). Matius menggunakan kata ini dalam arti yang lebih baik untuk mengacu pada tokoh-tokoh terhormat dari agama Timur”. (The Wycliffe Bible Commentary; hal. 25). Dalam Albert Barnes’ Notes on the Bible juga dicatat bahwa : “Orang-orang ini adalah ahli-ahli filsafat, imam-imam atau ahli-ahli perbintangan. Mereka hidup terutama di daerah Persia dan Arabia. Mereka adalah orang-orang terpelajar di daerah timur yang mahir dalam astronomi, agama dan obat-obatan. Dengan demikian kita mengerti bahwa orang-orang Majus ini adalah para imam, orang-orang terpelajar/terhormat, orang-orang kaya dan berkedudukan tinggi yang sangat pandai dalam hal-hal agama, pengobatan dan perbintangan. Perhatikan juga keterangan William Barclay berikut ini : “Para Majus adalah orang-orang yang mengetahui filsafat, ilmu kedokteran dan ilmu alam. Mereka juga mampu menafsirkan mimpi serta meramalkan hal-hal yang akan terjadi….orang Majus adalah orang yang baik dan suci, yang selalu berusaha mencari kebenaran”. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari- Matius; hal. 40). Selanjutnya Herodatus memberikan keterangan lebih rinci tentang orang-orang Majus ini bahwa : “Mereka aslinya berasal dari sebuah suku bangsa Medi. Bangsa Medi adalah sebagian dari kekaisaran Persia. Bangsa Medi pernah mencoba untuk menggulingkan kuasa Persia dan menggantikannya dengan kuasa Media. Usaha ini gagal. Sejak saat itu bangsa Majus tidak pernah lagi mempunyai keinginan atau ambisi untuk memiliki kekuasaan dan Prestise. Dan selanjutnya mereka memilih menjadi imam saja. Di tengah-tengah bangsa Persia para Majus tersebut berfungsi persis sama seperti fungsi orang-orang Lewi di tengah-tengah bangsa Israel. Mereka menjadi guru dan pembimbing para raja Persia. Di Persia tidak ada persembahan yang dapat dipersembahkan kecuali kalau ada orang Majus yang hadir dalam upacara itu. Jadi orang Majus dianggap sebagai orang suci dan orang yang bijaksana” (ibid : 39). Orang-orang Yahudi percaya bahwa mereka adalah imam-imam dalam kerajaan Syeba dan Arabia yang adalah keturunan Abraham dari Ketura dan mereka mengajar atas nama Allah yang telah mereka terima dari tradisi lisan Abraham (Kej 25:6). Sangat mungkin mereka ini sudah memiliki hubungan dengan orang-orang Yahudi dalam pembuangan, atau dengan nubuat dan pengaruh Daniel, sehingga mereka memiliki nubuat-nubuat Perjanjian Lama mengenai Mesias. (The Wycliffe Bible Commentary; hal. 25).


Berapa jumlah mereka?


Tentu saja jumlah mereka sangatlah banyak di daerah mereka sendiri. Namun berapa banyakkah yang datang mencari Yesus dan menyembah-Nya? Banyak dari antara kita merasa bahwa mereka berjumlah 3 orang dan demikian pula menurut tradisi. Bahkan tradisi-tradisi ini sampai memberitahukan nama ketiga orang Majus ini. Tradisi abad 6 mengatakan bahwa 3 orang Majus ini adalah Bithisarea, Melichior, dan Gathaspa sedangkan tradisi Armenia abad 14 mengatakan bahwa ketiga orang Majus itu adalah 3 orang raja, masing-masing bernama Gasper (raja Arab), Melkhior (raja Persia) dan Balthazar (raja India). Walaupun demikian kita harus sadar bahwa Alkitab sama sekali tidak memberitahukan jumlah orang-orang Majus ini maupun nama-nama mereka. Sangat mungkin bahwa jumlah tersebut (3 orang) dikaitkan dengan 3 persembahan yang dibawa mereka yakni emas, mur dan kemenyan. Namun persoalanya adalah apakah jumlah persembahan menentukan jumlah pemberi? Jelas tidak harus demikian. Bisa jadi mereka berjumlah lebih dari 3 orang namun membawa 3 macam persembahan.


Bintang apakah yang mereka lihat ?


Lalu bintang apakah yang dilihat oleh para majus itu yang menuntun mereka dalam mencari Yesus? Sudah terdapat banyak usaha untuk menjelaskan bintang Natal/bintang Betlehem ini secara ilmiah. (1) Ada yang berkata bahwa ini adalah konyungsi planet yakni situasi dimana beberapa planet berada dalam satu garis dengan bulan yang terlihat dari bumi sehingga terlihat beda dengan bintang-bintang pada umumnya. Namun persoalannya adalah karena konyungsi planet bersifat tetap untuk jangka waktu lama, tentu agak kurang cocok dengan apa yang dilihat orang majus. (2) Kepler pernah mengatakan bahwa bintang ini adalah “Supernova”. Supernova adalah planet yang meledak dan kehabisan energi sampai akhirnya meredup. Ini terjadi pada tanggal 10 Oktober 1604 di mana sementara Kepler, mengamat-amati hubungan Jupiter dan Saturnus yang terdapat dalam konstelasi Sagitarius di langit, tiba-tiba muncul sebuah bintang secerah Jupiter, yang tampak di antara Jupiter dan Saturnus. Kepler menghitung bahwa kejadian ini terjadi setiap hampir 800 tahun sekali. Berarti 2 kejadian sebelumnya terjadi sekitar tahun 7 SM. Ia lalu menulis sebuah buku berjudul De Stella Nova in Pede Serpentarti dan menghubungkan supernova ini dengan tahun kelahiran Kristus seperti perhitungan Laurence Suslyga bahwa Kristus lahir di tahun 4 SM. Tahun 1614 Kepler mempublikasikan kesimpulannya bahwa supernova yang kelihatan tahun 1604 juga adalah supernova yang tampak di tahun 7 atau 6 SM dan dikenal sebagai bintang Betlehem. Kepler percaya bahwa supernova itu sengaja “ditempatkan” Tuhan untuk memimpin orang-orang Majus untuk berjumpa dengan Yesus. Terhadap pendapat ini Herlianto berkata bahwa : “Kelihatannya supernova juga tidak cocok, karena supernova sekalipun bisa meledak dan kelihatan sangat terang dan bisa berlangsung beberapa minggu, data Alkitab tidak menunjukkan adanya bintang yang sinarnya sangat terang, kecuali bahwa bintang itu seakan-akan petunjuk arah”. (www.yabina.org) (3) Ada juga yang berkata bahwa bintang itu adalah sebuah meteor yakni benda langit yang juga mengelilingi matahari, tetapi ketika dekat dengan bumi ia bisa tertarik gaya tarik bumi sehingga ketika memasuki atmosfir bumi ia terbakar karena gesekan dengan udara dan terlihat seperti bola api. Ada yang berkeberatan dengan pandangan semacam ini dengan alasan bahwa meteor biasa jatuhnya cepat sehingga tidak cocok dengan apa yang dilihat orang Majus yang seakan-akan berhenti di atas Betlehem. (4) Pandangan lain tentang bintang Betlehem ini yang paling banyak diterima adalah bahwa itu adalah sebuah komet yang kemudian hari disebut komet Halley berdasarkan penemunya yakni Edmond Halley. Tentang ini Herlianto memberi penjelasan :“Komit adalah benda langit yang mengelilingi matahari melalui lintas edar berbentuk parabola, dan bila sedang mendekati bumi maka akan kelihatan berekor (bintang berekor) dan akan kelihatan bergerak ke arah yang berlawanan dengan ekornya sehingga terlihat menunjuk arah tertentu. Komit bila terlihat di bumi bisa berlangsung selama beberapa minggu. Kemungkinannya, komitlah yang dilihat orang majus, apalagi kala itu kehadiran komit dipercaya sebagai pertanda adanya peristiwa besar di bumi, seperti bencana atau kelahiran atau kematian orang besar. Pada waktu Julius Caezar meninggal tercatat terlihat komit selama seminggu. Kemungkinan bintang itu komet memang besar, karena dalam Matius 2:1-10, terlihat bahwa bintang itu menunjuk suatu arah, berpindah tempat dan terlihat selama beberapa hari”. (ibid). Herlianto melanjutkan : “Komit itu muncul pada akhir tahun 1758 sampai Maret 1759. Komit itu mulai tercatat oleh astronom Cina pada tahun 239sM (Encarta), dan terakhir terlihat pada tahun 1986. Dari beberapa kehadiran komit yang kemudian dinamakan Halley itu lamanya berkisar 75 sampai 79 tahun. Dengan mengambil median 77, dihitung dari tahun 239sM, kemungkinan besar pada tahun-tahun sekitar 8 SM komit Halley mendekati dan terlihat di bumi dan berada di atas Yudea di hari kelahiran Yesus. Namun juga ada yang menolak dugaan ini dengan alasan bahwa : “Catatan mengenai penampakan komet tidak cocok dengan kelahiran Tuhan. Misalnya, Komet Halley tampak pada tahun 11 S.M., tetapi hari Natal yang pertama terjadi sekitar tahun 7 sampai 5 SM”. (Artikel ©Hx’02). Kalau begitu bintang apakah yang dilihat orang-orang Majus itu? Kita memang tidak dapat mengetahuinya dengan pasti dan itu tidaklah penting. Satu hal yang pasti adalah apa pun bintang itu, Allah telah memakainya sedemikian rupa untuk melaksanakan kehendak-Nya. Dalam artikel ©Hx’02 kembali dikatakan bahwa : “Tuhan telah sering menggunakan cahaya surgawi yang istimewa untuk membimbing umat-Nya, seperti kemuliaan yang memenuhi Kemah Suci (Keluaran 40:34-38) dan Bait Suci (1 Raja-raja 8:10) dan cahaya yang menyinari Rasul Paulus (Kisah Para Rasul 9:3). Tanda-tanda yang menunjukkan kehadiran Tuhan seperti itu dikenal sebagai Kemuliaan Shekinah, atau tempat tinggal Tuhan. Cahaya istimewa ini adalah manifestasi yang tampak dari keagungan Tuhan. Beberapa penjelasan para ahli astronom di atas mengenai Bintang Betlehem sangat bermacam-macam, tetapi semuanya itu menuju kepada satu kesimpulan saja. Satu hal yang dapat kita simpulkan bahwa munculnya Bintang Betlehem tersebut adalah salah satu kasih karunia Allah untuk menyambut datangnya Juruselamat dunia yang turun ke bumi untuk menyelamatkan umat manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus”.


Mengapa mereka bertemu Yesus di dalam rumah ?


Matius 2 :11 berkata : ‘Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia…’ Jadi mereka bertemu bayi Yesus di dalam rumah. Mengapa bukan di kandang ? Bukankah Yesus dilahirkan di kandang? Beberapa orang memakai ayat ini untuk menunjukkan kontradiksi Alkitab namun sesungguhnya tidaklah demikian. Kita harus memahami bahwa waktu di mana para Majus menjumpai Yesus, bukanlah tepat pada saat Yesus dilahirkan (di kandang) namun beberapa waktu setelah Yesus dilahirkan sehingga tentunya Maria dan Yusuf sudah pindah dari kadang ke sebuah rumah. Jadi para gembala hadir pada saat Yesus dilahirkan makanya mereka bertemu Yesus di kadang namun para Majus hadir beberapa waktu kemudian makanya mereka bertemu Yesus di rumah. Itu berarti bahwa para gembala tidak pernah bertemu dengan para Majus. (Catatan : Kalau bikin drama Natal, jangan pertemukan para gembala dan para Majus sebab ini keliru). Jadi tidak ada kontradiksi dalam Alkitab!

Penulis adalah pendiri dan ketua Sekolah Teologia Awam (STA) “PELANGI KASIH”, alumnus “Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara” (STAN) – Malang.

Source :https://thisisreformedfaith.wordpress.com/

Post a Comment

Previous Post Next Post